Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Kamis, 19 Juni 2014

ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID


     PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID
Pemeriksaan Fisik
o  Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o  Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
§  Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
§  Catat bila ada krepitasi
§  Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o  Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
§  Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
§  Ukur kekuatan otot
o  Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
o  Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
1.    Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
·         Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
·         Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
·         Riwayat keluarga dengan RA
·         Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
·         Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2.    Pola Nutrisi Metabolik
·         Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
·         Riwayat gangguan metabolic
3.    Pola Eliminasi
·         Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4.    Pola Aktivitas dan Latihan
·         Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
·         Jenis aktivitas yang dilakukan
·         Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
·         Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5.    Pola Istirahat dan Tidur
·         Apakah ada gangguan tidur?
·         Kebiasaan tidur sehari
·         Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
·         Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6.    Pola Persepsi Kognitif
·         Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7.    Pola Persepsi dan Konsep Diri
·         Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
·         Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

8.    Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
·         Bagaimana hubungan dengan keluarga?
·         Apakah ada perubahan peran pada klien?
9.    Pola Reproduksi Seksualitas
·         Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
·         Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
·         Agama yang dianut?
·         Adakah gangguan beribadah?
·         Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

  DIAGNOSA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
1.    Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan otot.
3.    Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5.    Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.



 PERENCANAAN ARTRITIS REUMATOID
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada Keluhan nyeri, dengan kriteria :
ü  Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
ü  Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
ü  Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
ü  Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
·     Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
·     Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
·     Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
·     Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
·     Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
·     Berikan masase yang lembut
·     Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, distraksi, relaksasi progresif)
·     Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
·     Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
·     Berikan kompres dingin jika dibutuhkan
·     Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
·     Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
·     Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
·     Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
·     Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
·     Meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri
·     Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
·     Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
·     Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan otot.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mobilitas fisik baik dengan kriteria :
ü  Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
ü  Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh
ü  Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
·     Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
·     Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.
·     Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
·     Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
·     Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
·     Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
·     Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan
·     Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
·     Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
·     Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
·     Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
·     Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
·     Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan
·     Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi
·     Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
·     Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit
·     Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
·     Mencegah fleksi leher
·     Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
·     Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh
·     Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat
·     Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas
·     Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan citra tubuh berkurang dengan criteria:
ü  Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan
ü  Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
·     Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
·     Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
·     Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
·     Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
·     Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan
·     Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping
·     Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas
·     Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan
·     Berikan bantuan positif bila perlu.
·     Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog.
·     Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
·      Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung
·      Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut
·      Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
·      Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi
·      Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut
·      Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri
·      Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi
·      Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
·      Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri
·      Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan
·      Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mengatur kegiatan sehari-hari, dengan criteria hasil:
ü  Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual
ü  Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
ü  Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
·     Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
·     Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
·     Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan
·     Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
·     Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
·     Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
·     Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini
·     Mendukung kemandirian fisik/emosional
·     Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri
·     Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran
·     Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan actual
·     Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah





DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta : EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2. Jakarta: EGC


0 komentar:

Posting Komentar

Cari Disini