Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 09 Juni 2014

PUSKESMAS


PUSKESMAS

Defenisi Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pe
ngembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit
pe laksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan
yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pe
ngobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sa
mpai tutup usia (Effendi, 2009).

Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi
-
tingginya (Trihono, 2005).
Universitas
Sumatera
Utara

Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau
sebagian dari kecamatan. Faktor kepad
atan penduduk, luas daerah, keadaan
geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehat
an yang
lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih,
wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota
kecamatan dengan jumlah pe
nduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan
puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas
kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat
penggerak pem
bangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu
berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas
sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta menduku ng pembangunan kesehatan
. Disamping itu puskesmas
aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan p
encegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
Universitas
Sumatera
Utara
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk
dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pembe
rdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan k
esehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(privat goods) dengan tujuan
utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyar
akat disebut antara lain adalah
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
Universitas
Sumatera
Utara
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Menurut Eff
endi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi
tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunak
an sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis
materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan
pelayana
n kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor
-
sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampu
an manajerial dan wawasan jauh ke depan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan
dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yan
g tersusun rapi,
serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait
upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu
(Effendi, 2009).
Universitas
Sumatera
Utara

Upaya penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang
keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembang
(Trihono, 2005).
Upaya kesehatan wajib puskesmas ada
lah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan,
upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular serta upaya pen
gobatan (Trihono, 2005) .
Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah
ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan
kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut,
Universitas
Sumatera
Utara
upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan
upaya pembinaan pengobatan tradisional (Trihono, 2005).
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pel
aksanaan upaya inovasi ini adalah dalam
rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).
Pemilihan upaya kesehatan pengembangn ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota (Trihono, 2005).
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kes
ehatan
pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu, dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya (Trihono
, 2005).
Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap
Universitas
Sumatera
Utara
sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

Azas penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara
terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan
puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan
puskesmas yang dimaksud adalah azas pertanggungjawaban wilayah, azas
pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan azas rujukan (Trihono, 2005).
Azas pertanggun
gjawaban wilayah berarti puskesmas bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan seperti
menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan, memantau dampak berbagai upaya pembangunan
terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina setiap upaya
kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha
di wilayah kerjanya dan m
enyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama
(primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).
Universitas
Sumatera
Utara
Azas pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam peny
elenggaraan
setiap upaya puskesmas. Untuk itu, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun
melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat
antara lain adalah
upaya kesehatan ibu dan anak (posyandu, polindes dan bina
keluarga balita), upaya pengobatan (posyandu, pos obat desa ), upaya perbaikan
gizi (posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi), upaya kesehatan
sekolah (dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, saka bakti
husada dan pos kesehatan pesantren), upaya kesehatan lingkungan (kelompok
pemakai air bersih, dan desa percontohan kesehatan lingkungan), upaya kesehatan
usia lanjut ( posyandu usila dan panti werda), upaya kesehatan kerja (pos upaya
kesehatan kerja), upaya kesehatan jiwa (posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa
masyarakat), upaya pembinaan pengobatan tradisional (taman obat keluarga dan
pembinaan pengobatan tradisional) serta upaya pembinaan dan jaminan kesehatan
(dana seha
t, tabungan ibu bersalin, mobilisasi dana keagamaan) (Trihono, 2005).
Azas keterpaduan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta
diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin
sejak dari tahap perencanaan. Ada
dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu keterpaduan lintas program
dan keterpaduan lintas sektor (Trihono, 2005).
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab puskesmas sedangkan
Universitas
Sumatera
Utara
untuk keterpaduan lintas sektor merupakan upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program
dari sektor terkait tingkat kecamatan termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha (Trihono, 2005).
Azas rujukan digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas
berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan
keseh
atannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh
azas rujukan (Trihono, 2005).
Rujuk
an adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun se
cara horizontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama (Trihono, 2005).

PHC (Primary Health Care)
PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran dan pengalaman dalam
membangun kesehatan di banyak Negara yang diawali dengan kampanye massal
pada tahun 1950
-
an dalam pemberantasan penyakit menular. Pada tahun 1960,
teknologi kuratif dan preventif mengalami kema
juan. Oleh karena itu, timbullah
pemikiran untuk mengembangkan konsep upaya dasar kesehatan. Tahun 1977
Universitas
Sumatera
Utara
pada sidang kesehatan dunia di cetuskan kesepakatan untuk melahirkan “health
for all by the Year 2000”, yang sasaran utamanya dalam bidang sosial pada t
ahun
2000 adalah tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Mubarak, 2009).
PHC merupakan pelayanan kesehatan pokok berdasarkan kepada metode
dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat d
iterima secara umum, baik
oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya serta biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dan Negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup
mandir
i (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination)
(Mubarak, 2009).
PHC memiliki tujuan secara umum yaitu mencoba menemukan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan tercapai
tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan. Secara khusus, PHC
memiliki tujuan yaitu pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang
dilayani, pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani, pelayanan
harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dil
ayani dan pelayanan
harus maksimal, menggunakan tenaga dan sumber daya lain dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat (Mubarak, 2009).
Fungsi dari PHC untuk memelihara kesehatan, mencegah penyakit,
diagnosis dan pengobatan, pelayanan tindak lanjut dan pemberian
sertifikat.
Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki beberapa elemen yaitu
Universitas
Sumatera
Utara
pendidikan mengenai masalah kesehatandan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya, peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi,
penyediaan air bersih dan sani
tasi dasar, kesehatan ibu dan anak termasuk
keluarga berencana, imunisasi terhadap penyakit
-
penyakit infeksi utama,
pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat, pengobatan penyakit
umum dan ruda paksa serta penyediaan obat
-
obat esensial (Mubarak,
2009).
2.
Masyarakat
2.1.
Defenisi Masyarakat
Menurut Kontjaraningrat (2009) masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Suatu kesatuan
manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling
berinteraksi.
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama.
Soerdjono Soekanto (1982) masyarakat adalah kelompok manusia yang
telah hidup bersama dan be
kerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas yang dirumuskan dengan jelas. Masyarakat juga merupakan
kelompok individu yang saling berhubungan, bergantung, dan be
kerja sama untuk
mencapai tujuan (Wahit, 2009).
Menurut Nasrul (1998) masyarakat terbagi beberapa jenis yaitu,
masyarakat desa, masyarakat madya dan masyarakat kota. Adapun ciri
-
ciri dari
setiap jenis masyarakat adalah :
Universitas
Sumatera
Utara



MASYARAKAT
Masyarakat Desa
Masyarakat
desa memiliki ciri
-
ciri khusus. Adapun ciri
-
ciri tersebut adalah
hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat, adat istiadat masih dipegang
sangat kuat, sebagian besar memiliki kepercayaan terhadap hal
-
hal yang gaib,
tingkat buta huruf masih tinggi, masih
berlaku hukum tak tertulis yang intinya
diketahui dan dipahami oleh setiap orang, jarang bahkan tidak ada lembaga
pendidikan khusus di bidang teknologi dan keterampilan, sistem ekonomi yang
sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagian keci
l dijual,
gotong royong sangat kuat.
2.1.2.
Masyarakat Madya
Selain masyarakat desa, ada juga yang disebut dengan masyarakat madya.
Adapun ciri
-
ciri dari masyarakat madya adalah hubungan keluarga masih tetap
kuat, dan hubungan kemasyarakatan mulai mengendo
r, adat istiadat masih
dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh luar. Timbul
rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan terhadap kekuaran gaib
mulai berkurang dan akan timbul kembali apabila telah kehabisan akal, timbul
lembag
a pendidikan formal dalam masyaraka terutama pendidikan dasar dan
menengah, tingkat buta huruf sudah menurun, hukum tertulis mulai mendampingi
hukum tidak tertulis, ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada
produksi pasaran, sehingga menimbulkan defe
rensiasi dalam struktur masyarakat
karenanya uang semakin meningkat penggunaannya, gotong royong tradisional
tinggal untuk keperluan sosial dikalangan keluarga dan tetangga dan kegiatan
-
kegiatan umum lainnya didasarkan upaya.
Universitas
Sumatera
Utara
2.1.3.
Masyarakat Kota
Masyara
kat kota juga memiliki ciri
-
ciri. Ciri
-
ciri tersebut adalah hubungan
didasarkan atas kepentingan pribadi, hubungan antar masyarakat dilakukan secara
terbuka dan saling mempengaruhi, kepercayaan masyarakat yang kuat akan
manfaat ilmu pengetahuan dan teknolo
gi, strata masyarakat digolongkan menurut
profesi dan keahlian, tingkat pendidikan formal tinggi dan merata, hukum yang
berlaku adalah tertulis, ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar dan gotong
royong tidak sekuat masyarakat desa
Namun demikian, ciri
-
cir
i masyarakat tersebut di atas tidak semuanya kita
dapatkan dalam masyarakat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebagai contoh, tidak semua masyarakat desa memiliki kepercayaan
pada hal
-
hal gaib dan juga saat ini pendidikan masyarak
at desa sudah mulai
merata serta masih banyak lagi perubahan yang terjadi (Wahit, 2009).
Selain itu, terdapat ciri
-
ciri masyarakat sehat, yaitu peningkatan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, mengatasi masalah kesehatan
sederhana melalui upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak, peningkatan upaya kesehatan
lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup,
peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial
ekonomi masyarakat, penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai
sebab dan penyakit.
Universitas
Sumatera
Utara
Menurut WHO ada beberapa indikator untuk masyarakat sehat yaitu
keadaan yan
g berhubungan dengan status kesehatan masyarakat dan indikator
pelayanan kesehatan. Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan
masyarakat memiliki dua indikator yaitu komprehensif dan spesifik. Pada
indicator komprehensif yang menjadi penilaian adala
h angka kematian kasar
menurun, rasio angka mortalitas proporsional rendah dan umur harapan hidup
meningkat. Sedangkan pada indikator spesifik yang menjadi penilaian adalah
angka kematian ibu dan anak menurun, angka kematian karena penyakit menular
menurun
dan angka kelahiran menurun. Sebagai indikator pelayanan kesehatan
memiliki poin penting yaitu rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk
seimbang, distribusi tenaga kerja merata, informasi lengkap tentang jumlah tempat
tidur di rumah sakit, fasili
tas kesehatan lain dan sebagainya, informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya rumah sakit dan puskesmas rumah bersalin dan sebagainya

Karakteristik Masyarakat
Secara umum karakteristik masyarakat yang berkunjung ke puskesmas
untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
2.2.1.
Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit
berdasarkan golongan umur. Misalnya, dikalangan balita banyak yang menderita
penyakit infeksi sedangkan pada golongan usi
a lanjut lebih bnayak menderita
penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker dan lain
-
lain
(Notoatmodjo, 2005).
Universitas
Sumatera
Utara
Selain itu, salah satu upaya untuk menjelaskan persoalan
-persoalan
kesehatan manusia juga dilakukan dengan menggunakan
perkembangan
psikologis dan sosiologis serta kebutuhan kesehatan individu. Dalam setiap tahap
perkembangan memiliki resiko kesehatan yang khusus dan peran sosial yang
berbeda antara satu tahap dengan tahap lainnya (Sudarma, 2008).
Pada masa kehamilan, masa
lah kesehatan spesifik dari ibu hamil
diantaranya (a) mendapatkan pelayanan antenatal yang baik dan teratur, (b)
memperoleh makanan yang bergizi dan cukup istirahat, (c) mendapatkan
ketenangan dan kebahagiaan, (d) memperoleh persediaan biaya persalianan da
n
rujukan ke rumah sakit bila terjadi komplikasi. (Sudarma, 2008).
Tumbuh kembang balita (1
-
4 tahun) dipengaruhi oleh pertumbuhan semsa
bayi dan selanjutnya akan mempengaruhi proses tumbuh kembang pada usia
sekolah dasar (6
-
12 tahun). Pada masa ini ada be
berapa masalah kesehatan yang
perlu diperhatikan misalnya ASI eksklusif dan penyapihan yang layak, tumbuh
kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang, imunisasi dan
manajemen terpadu balita sehat, pencegahan dan penanggulangan kekerasan, serta
pen
didikan dan kesempatan yang sama pada anak laki
-
laki dan perempuan
(Sudarma, 2008).
Masalah kesehatan yang lazim terjadi pada masa anak
-
anak (6
-
12 tahun)
adalah kesulitan anak untuk makan karena terobsesi ingin main, asupan gizi yang
tidak seimbang, rentannya fisik anak terhadap berbagai penyakit seperti polio dan
Universitas
Sumatera
Utara
DBD dan ancaman keracunan makanan akibat dari kebiasaannya makan makanan
diluar (Sudarma, 2008).
Pada masa remaja membutuhkan pembinaan kesehatan. Diantaranya
melalui pembekalan pengetahuan tentan
g pertumbuhn fisik, kejiwaan dan
kematanagan remaja, pendidikan kesehatan reproduksi serta kewajibannya,
pergaualan yang sehat di kalangan remaja, pendidikan tentang persiapan pranikah
serta pendidikan mengenai kehamilan dan persalinan serta cara pencegaha
nnya.
Untuk masa dewasa dikategorikan sebagai tahap kematangan (maturity), dewasa
dlam arti pengembangan diri maupun dalam konteks sosial.(Sudarma, 2008).

Jenis Kelamin (gender)
Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh mahluk hidup
,
dalam hal ini manusia. Jenis kelamin sering dibagi ke dalam dua kategori, dengan
menggunakan istilah masing
-
masing; laki
-
laki dan perempuan atau pria dan
wanita. Dalam studi epidemiologi, jenis kelamin juga menjadi salah satu bagian
dari karakteristik yang memiliki pengaruh terhadap kejadian kesakitan. Sebagai
contoh, penyakit kanker serviks hanya dijumpai pada wanita, sedangkan kanker
prostat hanya dijumpai pada pria (Notoatmodjo, 2005).
Tingkat kerentanan manusia yang bersumber dari jenis kelamin terseb
ut
menjadikan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan juga berbeda pada masing
masing jenis kelamin. Perempuan cenderung lebih rentan terhadap penyakit
-
penyakit infeksi. Hal ini disebabkan oleh tahap
-
tahap kehidupan yang dilaluinya,
mulai dari remaja (haid
), dewasa (mengandung dan melahirkan) sampai masa tua
Universitas
Sumatera
Utara
(menopause). Secara umum, kaum perempuan lebih peduli dengan keadaan
kesehatannya sehingga lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah kesehatannya (Notoatmodjo, 2005).

Agama
Menurut Zamawi (2004) agama berasal dari bahasa Sanskrit, satu
pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata yaitu, “a” yang berarti
tidak dan “gama” yang berarti pergi/kacau jadi arti agama tidak pergi dan tidak
kacau, tetap di tempat, d
iwarisi turun temurun. Agama memang mempunyai sifat
yang demikian, selanjutnya dikatakan lagi agama berarti tuntunan. Agama
memang mengandung ajaran
-
ajaran yang menjadi tuntutan hidup bagi
penganutnya. Menurut Jalaludin Rahmat di dalam M. Mukshin Jamil men
gatakan
bahwa agama adalah kenyataan terdekat dan sekaligus misteri terjauh .
Berdasarkan fenomena kehidupan keagamaan sevara umum, dapat
dikatakan bahwa agama adalah segala aktivitas hidup manusia dalam usahanya
untuk mewujudkan rasa bakti dan mempresenta
sikan keterhubungan manusia
dengan suatu kuasa yang diyakini bersifat supranatural dan mengatasi dirinya
(transenden). Agama sebagai aktivitas hidup manusia membutuhkan bentuk
-
bentuk konkret dalam sikap hidup dan tindakan. Dengan demikian, beragama
tidak s
ekedar meyakini sesuatu, tetapi bertindak sesuai dengan apa yang
diyakininya. Aktivitas tersebut dilakukan dalam rangka usaha merealisasikan rasa
bakti dan keterhubungan manusia dengan kuasa yang disembah, sebagai ibadah
(rasa bakti) kepada kuasa yang disembah, agama melibatkan seluruh segi
kehidupa n manusia yang disimbolisasikan dalam bentuk ritus
-
ritus, tata cara
Universitas
Sumatera
Utara
peribadahan dan pranata
-
pranata tertentu, juga terwujud dalam sikap dan tindakan
terhadap sesama manusia dan lingkungannya. Salah satu unsur yan
g menjadi
dasar bagi seluruh bangunan keagamaan adalah keyakinan, dengan dasar tersebut
hidup keagamaan akan mengandung subjektivitas. Keyakinan subjektif yang
menjadi landasan kehidupan agama menjadi sesuatu yang betul
-
betul pribadi dan
tidak mungkin diga
nggu gugat atau dipaksakan oleh orang lain, termasuk oleh
Negara (Bambang, 2003).

Status Sosial Ekonomi
Individu, keluarga, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
berkepentingan dengan warga Negara sehat. Individu dan keluarga sehat
meningkatkan
produktivitas dan income keluarga. Peningkatan income per warga
Negara meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat mentransformasikan
sebuah Negara miskin menjadi Negara kaya. Bersama dengan input lainnya,
pelayanan kesehatan merupakan input bagi individu
untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat, meskipun pertambahan status kesehatan sebagai
pertambahan pelayananan kesehatan itu sendiri makin menurun (Murty, 2006) .
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi
dimasyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat
ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan keseha
tan membutuhkan biaya yang cukup
mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem
pelayanan kesehatan (Hidayat, 2007).
Universitas
Sumatera
Utara

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Disini