PEMBAHASAN
2.2.1 Definisi
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS
yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti
rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit
parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem
kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong
terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.
2.2.2 Etiologi
1. Ensefalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa
adalah : staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.
Patogenesis:
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak
dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasl dari
radang, abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium,
fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi
dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang
disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang
meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila
kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel. Bila berkembang menjadi
abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya
tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan progresif,muntah,
penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat
edema papil.
2. Ensefalitis Siphylis
Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi
terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah
penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim limfatik,
melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal
ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunansaraf pusat Treponema
pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagianbagian lain susunan
saraf pusat.
3. Ensefalitis Virus
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada
manusia :
a. Virus RNA
Paramikso virus : virus parotitis, irus
morbili
Rabdovirus : virus rabies
Togavirus : virus rubella flavivirus (virus
ensefalitis Jepang B, virus dengue)
Picornavirus : enterovirus (virus polio,
coxsackie A,B,echovirus)
Arenavirus : virus koriomeningitis
limfositoria
b. Virus DNA
Herpes virus : herpes zoster-varisella,
herpes simpleks, sitomegalivirus,
virus Epstein-barr
Poxvirus : variola, vaksinia
Retrovirus : AIDS
3. Ensefalitis Karena Parasit
a. Malaria serebral Plasmodium falsifarum
penyebab terjadinya malaria serebral.
Gangguan utama terdapat didalam pembuluh
darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum
akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan.
Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan
pada selaput otak dan jaringan otak. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi
kerusakan-kerusakan.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya
tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas
menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista
terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh
melalui hidung ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan
meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah,
nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus
mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat
tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim
otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam
sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
Gejaja-gejala neurologik yang timbul
tergantung pada lokasi kerusakan.
4. Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara
lain : candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus,
Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada
sistim saraf pusat
ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor
yang memudahkan timbulnya
infeksi adalah daya imunitas yang menurun.(2,4)
5. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah
timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula
disekitar pembuluh
darah di dalam jaringan otak. Didalam
pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis. Gejala-gejalanya ialah
nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat
menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama
dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,
gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran
menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut:
- Suhu
yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
- Kesadaran
dengan cepat menurun
- Muntah
- Kejang-kejang,
yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di
muka)
- Gejala-gejala
serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal
paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997)
Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya
demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung,
stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda
Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
2.2.4 Patofisiologi
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah
masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
- Setempat:
virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.
- Penyebaran
hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ
dan berkembang biak di organ tersebut.
- Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik
- Biakan:
- Dari
darah viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
- Dari
likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
- Dari
feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
- Dari
swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif.
- Pemeriksaan
serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi
tubuh. IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
- Pemeriksaan
darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
- Punksi
lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
- EEG/
Electroencephalography
EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor,
infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat
menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan.(Smeltzer, 2002)
- CT
scan
Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat
hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus
khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis
berupa sekuele neurologikus yang nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen
penyebab, usia penderita, gejala klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan
jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat
merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secara dini. Walaupun
sebagian besar penderita mengalami perubahan serius pada susunan saraf pusat
(SSP), komplikasi yang berat tidak selalu terjadi. Komplikasi
pada SSP meliputi tuli saraf, kebutaan kortikal, hemiparesis, quadriparesis,
hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi mental dan motorik,
gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral.
2.2.7 Penatalaksanaan
Isolasi
Isolasi bertujuan untuk mengurangi
stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
Terapi antimikroba
:
- Ensefalitis
supurativa
- Ampisillin
4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
- Cloramphenicol
4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.
- Ensefalitis
syphilis
- Penisillin
G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
- Penisillin
prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x 500mg oral
selama 14 hari.
Bila alergi penicillin :
- Tetrasiklin
4 x 500 mg per oral selama 30 hari
- Eritromisin
4 x 500 mg per oral selama 30 hari
- Cloramfenicol
4 x 1 g intra vena selama 6 minggu
- Seftriaxon
2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.
- Ensefalitis
virus
- Pengobatan
simptomatis:
-
Analgetik dan antipiretik: Asam mefenamat 4 x 500 mg
-
Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
- Pengobatan
antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes
zoster-varicella:
-
Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg
peroral tiap 4 jam selama 10 hari.
- Ensefalitis
karena parasit
- Malaria
serebral
-
Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak
perbaikan.
- Toxoplasmosis
-
Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
-
Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
-
Spiramisin 3 x 500 mg/hari
- Amebiasis
-
Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
- Ensefalitis
karena fungus
- Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari
intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu
- Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena
selama 6 minggu.
- Riketsiosis
serebri
- Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena
selama 10 hari
- Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama
10 hari.
Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial,
management edema otak :
a)
Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah cairan yang
diberikan tergantung keadaan anak.
b) Glukosa 20%,
10ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan.
c)
Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak
2.3 Perbedaan Ensefalitis dengan Meningitis
Encephalitis
|
Meningitis
|
Kesadaran ↓
|
Kesadaran relatif masih baik
|
Demam ↓
|
Demam ↑
|
Lokasi terinfeksi di jaringan otak
|
Lokasi terinfeksi di selaput otak
|
Banyak disebabkan virus
|
Banyak disebabkan bakteri
|
0 komentar:
Posting Komentar