PUSKESMAS
Defenisi Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan
Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pe
ngembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta
masyarakat di samping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Menurut
Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit
pe laksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan
puskesmas merupakan pelayanan
yang menyeluruh yang meliputi
pelayanan kuratif (pe
ngobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut
ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan
golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sa
mpai tutup usia (Effendi, 2009).
Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi
orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi
-
tingginya (Trihono, 2005).
Universitas
Sumatera
Utara
Fungsi
Puskesmas
Puskesmas memiliki wilayah kerja
yang meliputi satu kecamatan atau
sebagian dari kecamatan. Faktor
kepad
atan penduduk, luas daerah, keadaan
geografi dan keadaan infrastruktur
lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja puskesmas.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan maka puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan kesehat
an yang
lebih sederhana yang disebut
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
Khusus untuk kota besar dengan
jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih,
wilayah kerja puskesmas dapat
meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota
kecamatan dengan jumlah pe
nduduk 150.000 jiwa atau lebih,
merupakan
puskesmas Pembina yang berfungsi
sebagai pusat rujukan bagi puskesmas
kelurahan dan juga mempunyai fungsi
koordinasi (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga)
fungsi puskesmas yaitu: pusat
penggerak pem
bangunan berwawasan kesehatan yang
berarti puskesmas selalu
berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas
sektor termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta menduku ng
pembangunan kesehatan
. Disamping itu puskesmas
aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan diwilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan p
encegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
Universitas
Sumatera
Utara
perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk
dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pembe
rdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat
ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya
sosial budaya masyarakat setempat.
Pusat pelayanan kesehatan strata
pertama berarti puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan k
esehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menjadi tanggungjawab puskesmas
meliputi :
Pelayanan kesehatan perorangan
adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(privat goods) dengan tujuan
utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan
tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat
adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyar
akat disebut antara lain adalah
promosi kesehatan, pemberantasan
penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
Universitas
Sumatera
Utara
masyarakat serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.
Menurut Eff
endi (2009) ada beberapa proses
dalam melaksanakan fungsi
tersebut yaitu merangsang masyarakat
termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong
dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana
menggali dan menggunak
an sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien, memberikan
bantuan yang bersifat bimbingan teknis
materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak
menimbulkan ketergantungan memberikan
pelayana
n kesehatan langsung kepada
masyarakat, bekerja sama dengan sektor
-
sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program puskesmas.
Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang
sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampu
an manajerial dan wawasan jauh ke
depan
untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan
dalam bentuk keikutsertaan dalam
menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan
realistis, tata laksana kegiatan yan
g tersusun rapi,
serta sistem evaluasi dan pemantauan
yang akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan
dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait
upaya peningkatan pelayanan
kesehatan secara komprehensif dan terpadu
(Effendi, 2009).
Universitas
Sumatera
Utara
Upaya penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan
kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya kecamatan sehat menuju
Indonesia sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang
keduanya jika ditinjau dari
kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni upaya kesehatan
wajib dan upaya kesehatan pengembang
(Trihono, 2005).
Upaya kesehatan wajib puskesmas ada
lah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional,
regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh
setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib
tersebut adalah upaya promosi kesehatan,
upaya kesehatan lingkungan, upaya
kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat,
upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular serta
upaya pen
gobatan (Trihono, 2005) .
Sedangkan upaya kesehatan
pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta disesuaikan dengan kemampuan
puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar
upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah
ada yaitu upaya kesehatan sekolah,
upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan
kesehatan masyarakat, upaya
kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut,
Universitas
Sumatera
Utara
upaya pembinaan pengobatan
tradisional (Trihono, 2005).
Upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi yakni upaya diluar upaya
puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pel
aksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam
rangka mempercepat tercapainya visi
puskesmas (Trihono, 2005).
Pemilihan upaya kesehatan pengembangn
ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari konkes/BPKM/BPP. Upaya
kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas
telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu
pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan
puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan
tertentu upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan
sebagai penugasan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota (Trihono, 2005).
Apabila puskesmas belum mampu
menyelenggarakan upaya kes
ehatan
pengembangan padahal telah menjadi
kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung
jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu, dinas kesehatan
kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya (Trihono
, 2005).
Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan
pelayanan medik
spesialistik dan memiliki tenaga
spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap
Universitas
Sumatera
Utara
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
(Trihono, 2005).
Azas penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan
wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas
penyelenggaraan puskesmas secara
terpadu. Azas penyelenggaraan
puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan
puskesmas tersebut dikembangkan dari
ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan
setiap upaya
puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya
kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan
puskesmas yang dimaksud adalah azas
pertanggungjawaban wilayah, azas
pemberdayaan masyarakat, azas
keterpaduan dan azas rujukan (Trihono, 2005).
Azas pertanggun
gjawaban wilayah berarti puskesmas
bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya. Untuk ini puskesmas harus
melaksanakan berbagai kegiatan seperti
menggerakkan pembangunan berbagai
sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan, memantau
dampak berbagai upaya pembangunan
terhadap kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya, membina setiap upaya
kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha
di wilayah kerjanya dan m
enyelenggarakan upaya kesehatan
strata pertama
(primer) secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).
Universitas
Sumatera
Utara
perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam peny
elenggaraan
setiap upaya puskesmas. Untuk itu,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun
melalui pembentukan Badan Penyantun
Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat
antara lain adalah
upaya kesehatan ibu dan anak
(posyandu, polindes dan bina
keluarga balita), upaya pengobatan
(posyandu, pos obat desa ), upaya perbaikan
gizi (posyandu, panti pemulihan
gizi, keluarga sadar gizi), upaya kesehatan
sekolah (dokter kecil, penyertaan
guru dan orang tua/wali murid, saka bakti
husada dan pos kesehatan pesantren),
upaya kesehatan lingkungan (kelompok
pemakai air bersih, dan desa
percontohan kesehatan lingkungan), upaya kesehatan
usia lanjut ( posyandu usila dan
panti werda), upaya kesehatan kerja (pos upaya
kesehatan kerja), upaya kesehatan
jiwa (posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa
masyarakat), upaya pembinaan
pengobatan tradisional (taman obat keluarga dan
pembinaan pengobatan tradisional)
serta upaya pembinaan dan jaminan kesehatan
(dana seha
t, tabungan ibu bersalin, mobilisasi
dana keagamaan) (Trihono, 2005).
Azas keterpaduan untuk mengatasi
keterbatasan sumber daya serta
diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika
mungkin
sejak dari tahap perencanaan. Ada
dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan yaitu keterpaduan lintas program
dan keterpaduan lintas sektor
(Trihono, 2005).
Keterpaduan lintas program adalah
upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab puskesmas
sedangkan
Universitas
Sumatera
Utara
upaya puskesmas (wajib, pengembangan
dan inovasi) dengan berbagai program
dari sektor terkait tingkat
kecamatan termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha (Trihono, 2005).
Azas rujukan digunakan sebagai
sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama, kemampuan yang dimiliki
oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas
berhadapan langsung dengan
masyarakat dengan berbagai permasalahan
keseh
atannya. Untuk membantu puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan tersebut dan juga untuk
meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib,
pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh
azas rujukan (Trihono, 2005).
Rujuk
an adalah pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab atas kasus
atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun
se
cara horizontal dalam arti antar
sarana
pelayanan kesehatan yang sama
(Trihono, 2005).
PHC (Primary Health Care)
PHC merupakan hasil pengkajian,
pemikiran dan pengalaman dalam
membangun kesehatan di banyak Negara
yang diawali dengan kampanye massal
pada tahun 1950
-
an dalam pemberantasan penyakit
menular. Pada tahun 1960,
teknologi kuratif dan preventif
mengalami kema
juan. Oleh karena itu, timbullah
pemikiran untuk mengembangkan konsep
upaya dasar kesehatan. Tahun 1977
Universitas
Sumatera
Utara
for all by the Year 2000”, yang
sasaran utamanya dalam bidang sosial pada t
ahun
2000 adalah tercapainya derajat
kesehatan yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (Mubarak, 2009).
PHC merupakan pelayanan kesehatan
pokok berdasarkan kepada metode
dan teknologi praktis, ilmiah dan
sosial yang dapat d
iterima secara umum, baik
oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya serta biaya yang dapat
dijangkau oleh masyarakat dan Negara untuk
memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup
mandir
i (self reliance) dan menentukan
nasib sendiri (self determination)
(Mubarak, 2009).
PHC memiliki tujuan secara umum
yaitu mencoba menemukan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan tercapai
tingkat kepuasan pada masyarakat
yang menerima pelayanan. Secara khusus, PHC
memiliki tujuan yaitu pelayanan
harus mencapai keseluruhan penduduk yang
dilayani, pelayanan harus dapat
diterima oleh penduduk yang dilayani, pelayanan
harus berdasarkan kebutuhan medis
dari populasi yang dil
ayani dan pelayanan
harus maksimal, menggunakan tenaga
dan sumber daya lain dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat (Mubarak,
2009).
Fungsi dari PHC untuk memelihara
kesehatan, mencegah penyakit,
diagnosis dan pengobatan, pelayanan
tindak lanjut dan pemberian
sertifikat.
Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit
harus memiliki beberapa elemen yaitu
Universitas
Sumatera
Utara
pengendaliannya, peningkatan
penyediaan makanan dan perbaikan gizi,
penyediaan air bersih dan sani
tasi dasar, kesehatan ibu dan anak
termasuk
keluarga berencana, imunisasi
terhadap penyakit
-
penyakit infeksi utama,
pencegahan dan pengendalian penyakit
endemik setempat, pengobatan penyakit
umum dan ruda paksa serta penyediaan
obat
-
obat esensial (Mubarak,
2009).
2.
Masyarakat
2.1.
Defenisi Masyarakat
Menurut Kontjaraningrat (2009)
masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan
istilah lain saling berinteraksi. Suatu kesatuan
manusia dapat mempunyai prasarana
agar warganya dapat saling
berinteraksi.
Kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinyu dan
terikat oleh rasa identitas bersama.
Soerdjono Soekanto (1982) masyarakat
adalah kelompok manusia yang
telah hidup bersama dan be
kerja bersama cukup lama, sehingga
mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas yang dirumuskan dengan
jelas. Masyarakat juga merupakan
kelompok individu yang saling
berhubungan, bergantung, dan be
kerja sama untuk
mencapai tujuan (Wahit, 2009).
Menurut Nasrul (1998) masyarakat
terbagi beberapa jenis yaitu,
masyarakat desa, masyarakat madya
dan masyarakat kota. Adapun ciri
-
ciri dari
setiap jenis masyarakat adalah :
Universitas
Sumatera
Utara
Masyarakat Desa
Masyarakat
desa memiliki ciri
-
ciri khusus. Adapun ciri
-
ciri tersebut adalah
hubungan keluarga dan masyarakat
sangat kuat, adat istiadat masih dipegang
sangat kuat, sebagian besar memiliki
kepercayaan terhadap hal
-
hal yang gaib,
tingkat buta huruf masih tinggi,
masih
berlaku hukum tak tertulis yang
intinya
diketahui dan dipahami oleh setiap
orang, jarang bahkan tidak ada lembaga
pendidikan khusus di bidang
teknologi dan keterampilan, sistem ekonomi yang
sebagian besar untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan sebagian keci
l dijual,
gotong royong sangat kuat.
2.1.2.
Masyarakat Madya
Selain masyarakat desa, ada juga
yang disebut dengan masyarakat madya.
Adapun ciri
-
ciri dari masyarakat madya adalah
hubungan keluarga masih tetap
kuat, dan hubungan kemasyarakatan
mulai mengendo
r, adat istiadat masih
dihormati, dan sikap masyarakat mulai
terbuka dari pengaruh luar. Timbul
rasionalitas pada cara berpikir,
sehingga kepercayaan terhadap kekuaran gaib
mulai berkurang dan akan timbul
kembali apabila telah kehabisan akal, timbul
lembag
a pendidikan formal dalam masyaraka
terutama pendidikan dasar dan
menengah, tingkat buta huruf sudah
menurun, hukum tertulis mulai mendampingi
hukum tidak tertulis, ekonomi
masyarakat lebih banyak mengarah kepada
produksi pasaran, sehingga
menimbulkan defe
rensiasi dalam struktur masyarakat
karenanya uang semakin meningkat
penggunaannya, gotong royong tradisional
tinggal untuk keperluan sosial
dikalangan keluarga dan tetangga dan kegiatan
-
kegiatan umum lainnya didasarkan
upaya.
Universitas
Sumatera
Utara
Masyarakat Kota
Masyara
kat kota juga memiliki ciri
-
ciri. Ciri
-
ciri tersebut adalah hubungan
didasarkan atas kepentingan pribadi,
hubungan antar masyarakat dilakukan secara
terbuka dan saling mempengaruhi,
kepercayaan masyarakat yang kuat akan
manfaat ilmu pengetahuan dan teknolo
gi, strata masyarakat digolongkan
menurut
profesi dan keahlian, tingkat
pendidikan formal tinggi dan merata, hukum yang
berlaku adalah tertulis, ekonomi
hampir seluruhnya ekonomi pasar dan gotong
royong tidak sekuat masyarakat desa
Namun demikian, ciri
-
cir
i masyarakat tersebut di atas tidak
semuanya kita
dapatkan dalam masyarakat seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebagai contoh, tidak
semua masyarakat desa memiliki kepercayaan
pada hal
-
hal gaib dan juga saat ini pendidikan
masyarak
at desa sudah mulai
merata serta masih banyak lagi
perubahan yang terjadi (Wahit, 2009).
Selain itu, terdapat ciri
-
ciri masyarakat sehat, yaitu
peningkatan
kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat, mengatasi masalah kesehatan
sederhana melalui upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit dan
pemulihan kesehatan terutama untuk
ibu dan anak, peningkatan upaya kesehatan
lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup,
peningkatan status gizi masyarakat
berkaitan dengan peningkatan status sosial
ekonomi masyarakat, penurunan angka
kesakitan dan kematian dari berbagai
sebab dan penyakit.
Universitas
Sumatera
Utara
keadaan yan
g berhubungan dengan status
kesehatan masyarakat dan indikator
pelayanan kesehatan. Keadaan yang
berhubungan dengan status kesehatan
masyarakat memiliki dua indikator
yaitu komprehensif dan spesifik. Pada
indicator komprehensif yang menjadi
penilaian adala
h angka kematian kasar
menurun, rasio angka mortalitas
proporsional rendah dan umur harapan hidup
meningkat. Sedangkan pada indikator
spesifik yang menjadi penilaian adalah
angka kematian ibu dan anak menurun,
angka kematian karena penyakit menular
menurun
dan angka kelahiran menurun. Sebagai
indikator pelayanan kesehatan
memiliki poin penting yaitu rasio
antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk
seimbang, distribusi tenaga kerja
merata, informasi lengkap tentang jumlah tempat
tidur di rumah sakit, fasili
tas kesehatan lain dan sebagainya,
informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya rumah sakit dan
puskesmas rumah bersalin dan
sebagainya
Karakteristik Masyarakat
Secara umum karakteristik masyarakat
yang berkunjung ke puskesmas
untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut :
2.2.1.
Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka
ada perbedaan pola penyakit
berdasarkan golongan umur. Misalnya,
dikalangan balita banyak yang menderita
penyakit infeksi sedangkan pada
golongan usi
a lanjut lebih bnayak menderita
penyakit kronis seperti hipertensi,
penyakit jantung koroner, kanker dan lain
-
lain
(Notoatmodjo, 2005).
Universitas
Sumatera
Utara
-persoalan
kesehatan manusia juga dilakukan
dengan menggunakan
perkembangan
psikologis dan sosiologis serta
kebutuhan kesehatan individu. Dalam setiap tahap
perkembangan memiliki resiko
kesehatan yang khusus dan peran sosial yang
berbeda antara satu tahap dengan
tahap lainnya (Sudarma, 2008).
Pada masa kehamilan, masa
lah kesehatan spesifik dari ibu
hamil
diantaranya (a) mendapatkan
pelayanan antenatal yang baik dan teratur, (b)
memperoleh makanan yang bergizi dan
cukup istirahat, (c) mendapatkan
ketenangan dan kebahagiaan, (d)
memperoleh persediaan biaya persalianan da
n
rujukan ke rumah sakit bila terjadi
komplikasi. (Sudarma, 2008).
Tumbuh kembang balita (1
-
4 tahun) dipengaruhi oleh
pertumbuhan semsa
bayi dan selanjutnya akan
mempengaruhi proses tumbuh kembang pada usia
sekolah dasar (6
-
12 tahun). Pada masa ini ada be
berapa masalah kesehatan yang
perlu diperhatikan misalnya ASI
eksklusif dan penyapihan yang layak, tumbuh
kembang anak, pemberian makanan
dengan gizi seimbang, imunisasi dan
manajemen terpadu balita sehat,
pencegahan dan penanggulangan kekerasan, serta
pen
didikan dan kesempatan yang sama
pada anak laki
-
laki dan perempuan
(Sudarma, 2008).
Masalah kesehatan yang lazim terjadi
pada masa anak
-
anak (6
-
12 tahun)
adalah kesulitan anak untuk makan
karena terobsesi ingin main, asupan gizi yang
tidak seimbang, rentannya fisik anak
terhadap berbagai penyakit seperti polio dan
Universitas
Sumatera
Utara
diluar (Sudarma, 2008).
Pada masa remaja membutuhkan
pembinaan kesehatan. Diantaranya
melalui pembekalan pengetahuan
tentan
g pertumbuhn fisik, kejiwaan dan
kematanagan remaja, pendidikan
kesehatan reproduksi serta kewajibannya,
pergaualan yang sehat di kalangan
remaja, pendidikan tentang persiapan pranikah
serta pendidikan mengenai kehamilan
dan persalinan serta cara pencegaha
nnya.
Untuk masa dewasa dikategorikan
sebagai tahap kematangan (maturity), dewasa
dlam arti pengembangan diri maupun
dalam konteks sosial.(Sudarma, 2008).
Jenis Kelamin (gender)
Jenis kelamin adalah ciri khas
tertentu yang dimiliki oleh mahluk hidup
,
dalam hal ini manusia. Jenis kelamin
sering dibagi ke dalam dua kategori, dengan
menggunakan istilah masing
-
masing; laki
-
laki dan perempuan atau pria dan
wanita. Dalam studi epidemiologi,
jenis kelamin juga menjadi salah satu bagian
dari karakteristik yang memiliki
pengaruh terhadap kejadian kesakitan. Sebagai
contoh, penyakit kanker serviks
hanya dijumpai pada wanita, sedangkan kanker
prostat hanya dijumpai pada pria
(Notoatmodjo, 2005).
Tingkat kerentanan manusia yang
bersumber dari jenis kelamin terseb
ut
menjadikan tingkat pemanfaatan
pelayanan kesehatan juga berbeda pada masing
masing jenis kelamin. Perempuan
cenderung lebih rentan terhadap penyakit
-
penyakit infeksi. Hal ini disebabkan
oleh tahap
-
tahap kehidupan yang dilaluinya,
mulai dari remaja (haid
), dewasa (mengandung dan
melahirkan) sampai masa tua
Universitas
Sumatera
Utara
kesehatannya sehingga lebih banyak
memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah kesehatannya
(Notoatmodjo, 2005).
Agama
Menurut Zamawi (2004) agama berasal
dari bahasa Sanskrit, satu
pendapat mengatakan bahwa kata itu
tersusun dari dua kata yaitu, “a” yang berarti
tidak dan “gama” yang berarti
pergi/kacau jadi arti agama tidak pergi dan tidak
kacau, tetap di tempat, d
iwarisi turun temurun. Agama memang
mempunyai sifat
yang demikian, selanjutnya dikatakan
lagi agama berarti tuntunan. Agama
memang mengandung ajaran
-
ajaran yang menjadi tuntutan hidup
bagi
penganutnya. Menurut Jalaludin
Rahmat di dalam M. Mukshin Jamil men
gatakan
bahwa agama adalah kenyataan
terdekat dan sekaligus misteri terjauh .
Berdasarkan fenomena kehidupan
keagamaan sevara umum, dapat
dikatakan bahwa agama adalah segala
aktivitas hidup manusia dalam usahanya
untuk mewujudkan rasa bakti dan
mempresenta
sikan keterhubungan manusia
dengan suatu kuasa yang diyakini
bersifat supranatural dan mengatasi dirinya
(transenden). Agama sebagai aktivitas
hidup manusia membutuhkan bentuk
-
bentuk konkret dalam sikap hidup dan
tindakan. Dengan demikian, beragama
tidak s
ekedar meyakini sesuatu, tetapi
bertindak sesuai dengan apa yang
diyakininya. Aktivitas tersebut
dilakukan dalam rangka usaha merealisasikan rasa
bakti dan keterhubungan manusia
dengan kuasa yang disembah, sebagai ibadah
(rasa bakti) kepada kuasa yang
disembah, agama melibatkan seluruh segi
kehidupa n manusia yang
disimbolisasikan dalam bentuk ritus
-
ritus, tata cara
Universitas
Sumatera
Utara
-
pranata tertentu, juga terwujud
dalam sikap dan tindakan
terhadap sesama manusia dan
lingkungannya. Salah satu unsur yan
g menjadi
dasar bagi seluruh bangunan
keagamaan adalah keyakinan, dengan dasar tersebut
hidup keagamaan akan mengandung
subjektivitas. Keyakinan subjektif yang
menjadi landasan kehidupan agama
menjadi sesuatu yang betul
-
betul pribadi dan
tidak mungkin diga
nggu gugat atau dipaksakan oleh
orang lain, termasuk oleh
Negara (Bambang, 2003).
Status Sosial Ekonomi
Individu, keluarga, pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah,
berkepentingan dengan warga Negara
sehat. Individu dan keluarga sehat
meningkatkan
produktivitas dan income keluarga.
Peningkatan income per warga
Negara meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang dapat mentransformasikan
sebuah Negara miskin menjadi Negara
kaya. Bersama dengan input lainnya,
pelayanan kesehatan merupakan input
bagi individu
untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat, meskipun pertambahan
status kesehatan sebagai
pertambahan pelayananan kesehatan
itu sendiri makin menurun (Murty, 2006) .
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan
dipengaruhi oleh tingkat ekonomi
dimasyarakat. Semakin tinggi ekonomi
seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau,
demikian juga sebaliknya apabila tingkat
ekonomi seseorang rendah, maka
sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan
mengingat biaya dalam jasa pelayanan
keseha
tan membutuhkan biaya yang cukup
mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan
dapat mempengaruhi dalam sistem
pelayanan kesehatan (Hidayat, 2007).
Universitas
Sumatera
Utara
0 komentar:
Posting Komentar