Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Rabu, 21 Mei 2014

LAPORAN PENDAHULUAN POST SC



BAB II
LANDASAN TEORI

A.   PENGERTIAN
1.      Istilah Sectio Caesarea berasal dari perkataan latin caedera yang artinya memotong. Pengertian ini sering dijumpai dalam roman law (lex regia) dan emporer’s law (lex Caesare) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus keluarkan dari dalam rahim (Mochtar, 1998).
2.      Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Muchtar, 1998).
3.      Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dindina rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohadjo, 2002).
B.   ETIOLOGI

  1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
  1. Panggul sempit
  1. Disporporsi sefalo pelvik : ketidakseimbangan antara ukuran kepala
  1. R
  2. uptur uteri mengancam
  1. Partus lama
  1. Partus macet
  1.  Distosia serviks
  1. pernah seksio sesaria
  1. Malpresentasi jenin :
Menurut (Prawiroharjo, 2002 Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal), indikasi Sectio Caesarea adalah :


Penatalaksaan medis post-op Sectio Caesarea secara singkat :
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.

Holmel mengambil batas terendah untuk melahirkan vas naturalis ialah CV= 8 cm panggul dengan CV= 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin yang normal, harus diselesaikan dengan seiso sesaria. CV antara 8-10 cm dicoba dengan partus percobaan baru setelah gagal dilakukan seksio sesaria sekunder.
a)    Letak lintang
b)    Letak bokong
c)    Presentasi dahi dan muka
d)    Presentasi rangkap
e)    Gemeli
C.   JENIS-JENIS SECTIO CAESAREA
1.    Sectio Caesarea Transperitoneal
a.    Sectio Caesarea Klasik atau Korporal
yaitu dengan melakukan sayatan vertical sehingga memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan keluar bayi.
b.    Sectio Caesarea Ismika atau Profunda
yaitu dengan melakukan sayatan/insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen bawah rahim dan diatas tulang kemaluan.
2.    Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka
 kavum abdominal. (Mochtar,1998)
D.    INDIKASI
1)    Indikasi ibu
a.  Disproporsi kepala panggul/CPD/FPD
b.  Disfungsi Uterus
c.  Distosia Jaringan Lunak
d.  Plasenta Previa.
2)    Indikasi Anak
a.  Janin besar
b.  Gawat janin
c.   Letak Lintang.
Adapun indikasi lain dari Sectio Caesarea menurut Sulaiman 1987 Buku Obstetri Operatif adalah :
a.    Sectio sesarea ke III
b.    Tumor yang menhhalangi jalan lahir
c.Pada kehamilan setelah operasi vagina, misal vistel vesico
d.    Keadaan-keadaan dimana usaha untuk melahirkan anak pervaginam gagal.
E.   KOMPLIKASI
a.    Pada Ibu
a)    Infeksi Puerperalis/nifas bias terjadi dari infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja, sedang yaitu kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung, berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik.
b)    Perdarahan akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah yang terputus dan terluka pada saat operasi
c)    Trauma kandung kemih akbat kandung kemih yang terpotong saat melakukan sectio caesarea
d)    Resiko rupture uteri pada kehamilan berikutnya karena jika pernah mengalami pembedahan pada didind rahim insisi yang dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat berisiko untuk rupture pada persalinan berikutnya.
b.    Pada Bayi
a)    Hipoksia
b)    Depresi pernafasan
c)    Sindrom gawat pernafasan
d)    Truma persalinan
F.      NASEHAT PADA POST OPERASI SC
a)    Dianjurkan jangan hamil selama itu, dengan memakai kontrasepsi.
b)    Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.
c)    Dianjurkan untuk bersalin  di rumah sakit yang besar.
d)    Apakah persalinan berikutnya harus dengan seksio sesarea tergantung pada indikasi seksio sesarea dan keadaan kehamilan berikutnya.
G.   PENATALAKSAAN
a)    Awasi TTV sampai pasien sadar
b)    Pemberian cairan dan diit
c)    Atasi nyeri yang ada
d)    Mobilisasi secara dini dan bertahap
e)    Kateterisasi
f)     Jaga kebersihan luka operasi dan Perawatan luka insisi
g)    Berikan obat antibiotic dan analgetik (Muchtar R, 1998).
h)   Tempat perawatan pasca bedah













DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Cetakan I.jakarta:EGC
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Sarwono P. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,  Jakarta:





0 komentar:

Posting Komentar

Cari Disini